Gadget Off, Budaya On! Pemdes Laru Dolok Terus Hidupkan Permainan Tradisional Lewat Witapermainur

MADINA260 Dilihat

Tambangan – Suasana ceria tampak di Halaman Bolak Desa Laru Dolok pada Minggu pagi (11/5/2025). Tawa riang anak-anak menggema, menggantikan suara notifikasi gadget. Mereka antusias mengikuti kegiatan Wisata Permainan Leluhur (Witapermainur).

Program rutin ini digelar Pemerintahan desa Laru dolok setiap akhir pekan juga desa-desa se-Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina).

Kegiatan ini tak hanya menghibur, tapi juga sarat misi sosial dan budaya. Dipimpin oleh Ketua TP PKK Desa Laru Dolok, Ny. Syarifah Nasution, Witapermainur bertujuan membangkitkan kembali permainan tradisional sebagai solusi kreatif untuk mengurangi ketergantungan anak-anak terhadap gawai.

“Kita ingin anak-anak kembali mengenal budaya sendiri. Daripada terus-menerus menatap layar HP, lebih baik mereka berlari, tertawa, dan belajar lewat permainan yang diwariskan leluhur kita,” ungkap Ny. Saripah saat diwawancarai di lokasi acara.

Kegiatan dimulai dengan senam pagi yang diikuti anak-anak, ibu-ibu PKK, dan kader Posyandu. Suasana penuh semangat terlihat jelas, menunjukkan antusiasme warga dalam mendukung kegiatan ini.

Setelah itu, berbagai permainan tradisional seperti lompat tali, egrang, terompah gajah, dan mar yeye dimainkan dengan penuh semangat.

Selain melestarikan budaya, kegiatan ini juga menyentuh aspek kesehatan dengan memberikan Makanan Tambahan (PMT) kepada anak-anak berupa lauk ikan dan sayuran bergizi. Menu sehat ini merupakan bagian dari program pencegahan stunting yang tengah digencarkan pemerintah.

Anak-anak tampak menikmati santapan bersama dengan tertib setelah dipandu doa oleh ibu-ibu kader. Kebersamaan sederhana ini menjadi simbol pentingnya nilai gotong royong dan perhatian terhadap tumbuh kembang anak.

Ny. Syarifah juga menyampaikan harapannya, “Kami ingin kegiatan seperti ini terus digalakkan, tidak hanya di Laru Dolok, tetapi juga di seluruh desa di Kabupaten Madina. Karena menjaga warisan budaya adalah tanggung jawab bersama, sekaligus cara efektif mendidik anak di era digital ini.”

Witapermainur bukan sekadar ajang bermain, tapi bentuk nyata kepedulian desa terhadap masa depan anak-anak menjadikan budaya sebagai benteng karakter dan gizi sebagai pondasi kesehatan.(Red)

Komentar