Madina – SahataNews | Drama wisata permainan leluhur atau Witapermainur memukau ribuan penonton dalam ajang Pesona Mandailing dalam Irama dan Gerak yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) di pelataran Pasar Baru Panyabungan, Kamis (14/8/2025).
Witapermainur merupakan gerakan moral yang lahir di Kecamatan Tambangan, fokus pada pembatasan penggunaan gawai bagi anak-anak dengan mengalihkannya ke permainan tradisional. Program ini sudah berjalan dua tahun, dengan puncak kegiatan rutin setiap Minggu.
Gerakan ini pertama kali diresmikan Wakil Bupati Madina, Atika Azmi Utammi Nasution, pada 6 Juni 2024 di Desa Muaramais. Saat peluncuran perdana, anak-anak memainkan berbagai permainan leluhur seperti egrang, terompah panjang, congklak, kelereng, dan lomba mewarnai.
Dalam pementasan kali ini, anak-anak Tambangan membawakan drama yang mengisahkan dampak buruk penggunaan gawai secara berlebihan hingga membuat seorang anak bersikap antisosial. Sebaliknya, kebiasaan bermain bersama teman sebaya digambarkan menumbuhkan sifat positif seperti kerja sama, solidaritas, dan kekompakan.
Lebih dari 1.000 orang menyaksikan penampilan tersebut, termasuk Bupati Madina H. Saipullah Nasution. Ia mengapresiasi pesan moral yang diangkat Witapermainur. Menurutnya, kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi ibarat pisau bermata dua.
“Banyak informasi yang bisa merusak mental dan tatanan sosial,” ujarnya.
Bupati Saipullah mengimbau masyarakat untuk memperkuat pemahaman budaya sebagai benteng moral generasi muda. Ia menegaskan, budaya Mandailing menjunjung tinggi religiusitas dan adab.
“Saya minta camat dan kepala desa mulai menggiatkan kegiatan yang menguatkan budaya di kalangan anak-anak,” tegasnya.(Red)