Madina – SAHATA | Wita Permainur atau wisata permain leluhur bisa menjadi ikon desa, bahkan Kabupaten Mandailing Natal (Madina), jika dikelola dengan baik dan konsisten serta dukungan publikasi yang masif.Hal itu disampaikan Koordinator TPP P3MD Madina Kobol Nasution di sela-sela kunjungannya ke Desa Muara Mais Jambur, Kecamatan Tambangan, untuk melihat secara langsung Wita Permainur, Minggu (28/07).
Dia hadir bersama keluarga, termasuk tiga buah hatinya yang turut larut dalam keasyikan ragam permainan tradisional.“Menteri Desa selalu berpesan bahwa tradisi di desa tidak boleh ditinggalkan karena itu bagian dari jati diri desa saat ini,” katanya kepada wartawan.
Wita Permainur ini, kata Kobol, bisa menjadi wisata desa jika dikelola dengan baik dan konsisten. Dia bahkan berkeyakinan bisa mengundang masyarakat untuk melihat kembali ragam permainan leluhur.
Korkab TPP ini menjelaskan, desa wisata tidak hanya berpatok pada ketersediaan alam yang indah, tapi juga dari tradisi dan budaya. “Ini juga upaya agar anak-anak terhindar dari pemakaian andorid yang berlebihan, kegiatan ini akan terus kami dorong,” sebutnya.
Di sisi lain, Kobol menilai setiap desa harus memanfaatkan ketersediaan media untuk publikasi. “Upaya ini adalah bahagian dari memperkenalkan desa kepada publik. Kami berharap ada akun desa yang tujuannya memublikasikan potensi desa,” terangnya.
Sementara itu, Camat Tambangan Enda Mora mengatakan bahwa festival permainan leluhur setiap hari Minggu.“Perbedaannya Minggu ini di Desa Muara Mais Jambur ada sedikit semacam inovasi, ada mancing, mandi di sungai, main layang-layang, dan mobil-mobilan dari bambu,” katanya.
Pantauan di lokasi, anak-anak yang hadir begitu antusias bermain. Ada yang main tembak-tembakan berupa pistol mainan yang terbuat dari bambu dengan peluru dari kertas. Ada juga yang asyik main tali dan melukis.(R12QI)