Sumut – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Muhammad Bobby Afif Nasution menargetkan nilai investasi yang masuk ke Sumut sebesar Rp100 triliun per tahun.
“Dengan banyaknya investasi yang masuk, maka indikator makro pembangunan seluruhnya juga ikut meningkat,” kata Bobby saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025-2029 dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2026 Sumut di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubernur, Medan, pada Senin (5/5/2025).
“Ketika investasi masuk, investasi berjalan baik, maka semua indikator (makro) akan menarik indikator lainnya, kalau ada investasi masuk, perusahaan buka, pabrik buka, pasti nilai pengangguran terbuka berkurang, PDRB perkapita meningkat dan lain-lainnya,” kata Bobby.
Selain investasi, gubsu juga menyoroti peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan inovasi yang tidak hanya bergantung dengan APBD. Dia menilai pemerintah daerah bisa berkolaborasi membuat BUMD bersama di beberapa sektor yang terkait dengan potensi unggulan yang ada di wilayah tersebut.
Misalnya di Langkat, dengan migas atau di Mandailing Natal yang kaya emas. “Buat BUMD (bersama), kita kelola, otomatis dapat profit, membuka lapangan kerja, masyarakat sejahtera, bisa bagi dividen, PAD pun naik,” sebut dia.
Menantu Presiden ke-7 Indonesia ini juga mengusulkan penggabungan BUMD provinsi dengan kabupaten/kota. Salah satu BUMD yang bisa digabungkan adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Langkah itu dipandang juga sebagai solusi atas kekurangan air bersih yang terjadi di beberapa daerah.
“Provinsi punya PDAM, kabupaten juga punya, kalau boleh saran BUMD ini disatukan asetnya, sehingga (aset) punya valuasi yang besar dan bisa mendapat pembiayaan yang besar,” lanjut dia.
Pada pembukaan Musrenbang tersebut, Bobby Nasution juga menyampaikan target utama yang sekaligus menjadi indikator makro pembangunan tahun 2025-2029. Antara lain pertumbuhan ekonomi dari sebesar 5,03 persen menjadi 7,6 persen, PDRB perkapita dari sebesar Rp 73,57 juta menjadi Rp 115,3 juta, kontribusi PDRB provinsi 5,21 persen menjadi 5,30 persen, penurunan tingkat pengangguran terbuka dari 5,60 persen menjadi 5,20 sampai dengan 4,74 persen.
Selanjutnya penurunan kemiskinan dari 7,19 persen menjadi 3,82-2,82 persen, peningkatan indeks modal manusia dari 0,53 menjadi 0,59 poin, penurunan indeks gini dari 0,306 menjadi 0,287 sampai dengan 0,291 poin, peningkatan indeks kualitas lingkungan hidup dari 73,96 poin menjadi 77,87 poin, serta penurunan intensitas emisi gas rumah kaca dari sebesar 1 persen menjadi 18,52 persen.(Red)