Madina SahataNewa | Gala Premier film Pangarasa di Ballroom Ladangsari, Panyabungan, Minggu (31/8/2025), mendadak jadi sorotan. Wakil Bupati Mandailing Natal (Madina), Atika Azmi Utammi Nasution, yang hadir langsung dalam acara itu, buka suara soal isu miring yang menyeret namanya.
“Secara politis memang tidak baik untuk saya, tapi harus ada dukungan dari pemerintah. Ada sineas muda yang perlu kita dukung,” tegas Atika di hadapan penonton.
Film Pangarasa berdurasi 47 menit ini ternyata mampu memikat hati Atika. Ia tak menyangka sineas lokal bisa menghasilkan tontonan berkualitas, mulai dari sinematografi, alur cerita, hingga pesan moral yang kental dengan budaya dan nilai agama.
“Pesan film ini jelas, kalau berbuat baik akan kembali kepada kita, begitu juga sebaliknya,” sebutnya.
Tak hanya itu, Atika juga menantang pihak swasta untuk berinvestasi di bidang hiburan, termasuk bioskop. “Bioskop bisa jadi ruang ekonomi sekaligus wadah sineas lokal mempublikasikan karyanya,” ujarnya.
Antusias masyarakat pun luar biasa. Sejak pagi, penonton sudah memadati lokasi, bahkan pelaku UMKM ikut meramaikan suasana dengan berjualan. Dari anak-anak sekolah hingga orang dewasa, semua larut dalam euforia film horor garapan sineas muda Madina ini.
Zahra, siswi SMAN 3 Panyabungan, terang-terangan berharap Panyabungan punya bioskop. “Filmnya seru. Perlu ada bioskop di sini,” katanya.
Komentar serupa datang dari Muhammad Ridwan Nasution. Ia menyebut karya sineas Madina akan sia-sia jika tak ada bioskop. “Masyarakat jelas butuh wadah agar karya anak daerah bisa dinikmati,” ujarnya.
Sutradara film, Reza Ryan Saputra Syukri, mengungkapkan bahwa Pangarasa awalnya adalah tugas akhir kuliah di ISI Padang Panjang. Setelah melalui tujuh kali revisi naskah dan riset ke berbagai daerah, film ini akhirnya rampung dengan kualitas yang tak kalah dari produksi nasional.
“Film ini murni fiksi, bukan dokumenter. Proses syuting hanya sepuluh hari, tapi pasca-produksi memakan waktu satu setengah bulan,” jelas Reza.
Tak heran jika Direktur PT Radio StArt Srasi Swara, Khoiruddin Faslah Siregar, menyebut film ini sudah layak bersaing di tingkat nasional. “Luar biasa. Pemerintah harus membuka ruang lebih luas agar film lokal bisa dikenal dan sekaligus promosikan daerah,” tegasnya.(Red)



