Panyabungan Selatan – Di sebuah rumah sederhana di pelosok Desa Lumban Dolok, Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), harapan besar tumbuh di hati seorang gadis yatim bernama Husnil Khotimah Nasution.
Lahir pada 6 Agustus 2004, anak keempat dari delapan bersaudara ini menorehkan prestasi gemilang yakni lulus seleksi masuk Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, universitas Islam terkemuka di dunia.
Namun, di balik prestasi gemilang itu, ada air mata dan doa yang setiap malam dilangitkan oleh seorang ibu bernama Mawarni, seorang janda yang kini menjadi satu-satunya tumpuan bagi anak-anaknya.
“Ayah sudah lama meninggal. Kami hidup dari apa yang bisa ibu usahakan. Tapi saya tidak pernah berhenti bermimpi, karena saya yakin Allah selalu punya jalan untuk hamba-Nya yang bersungguh-sungguh,” ucap Husnil dengan suara lirih.
Husnil bukan gadis biasa. Ia adalah lulusan Pondok Pesantren Roihanul Jannah, Pasar Maga, tahun ajaran 2022/2023. Tak hanya menyelesaikan pendidikan, ia juga menjadi lulusan terbaik ke-6 tingkat Aliyah.
Semangatnya tak berhenti di sana. Ia melanjutkan pendidikan di Rumah Tahfiz Jabal Rahmah Mulia, Medan, dan pada 7 Maret 2025, berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an dengan predikat Mumtaz, sebuah pencapaian luar biasa bagi seorang anak yatim dari desa terpencil.
Dengan bekal ilmu dan hafalan Qur’an, Husnil mengikuti seleksi masuk Universitas Al-Azhar. Ia lulus dan diterima di level 2 kelas bahasa, mengalahkan ribuan peserta dari seluruh Indonesia. Ia satu-satunya dari Madina yang berhasil tembus tahun ini.
Namun kini, cita-cita itu di ujung tanduk. Biaya keberangkatan dan pendidikan ke Mesir menjadi tembok besar yang sulit ia lewati.
“Sejak kecil saya bermimpi bisa belajar di Al-Azhar. Tapi sekarang saya bingung harus mulai dari mana. Saya ingin berangkat Oktober nanti, tapi tidak tahu dari mana biaya akan datang,” ujar Husnil sambil menahan tangis.
Ibunya, yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga, hanya bisa menatap langit,memohon kepada Allah agar ada jalan untuk anaknya.
Di balik kerudung putih dan senyumnya yang teduh, Husnil menyimpan harapan besar: ingin mengabdi kepada umat, membagikan ilmu yang ia pelajari kepada masyarakat Mandailing Natal. Namun harapan itu tak bisa ia wujudkan sendiri.
Hari-hari menjelang keberangkatan ke Mesir menjadi penuh kecemasan. Bukan karena takut jauh dari rumah, tapi karena belum ada kepastian biaya.
“Kalau boleh meminta, saya ingin ada yang membantu. Tidak banyak, hanya cukup untuk saya bisa berangkat dan belajar. Saya ingin membanggakan ibu, kampung saya, dan agama saya,” tutur Husnil dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Kini, Husnil menanti keajaiban. Sebuah uluran tangan dari mereka yang peduli. Mereka yang mungkin belum pernah bertemu dengannya, tapi mau menjadi bagian dari cerita perjuangan seorang hafizah yatim menuju cita-cita.
Bagi yang tergerak membantu, dapat langsung datang ke rumahnya di Desa Lumban Dolok, Kecamatan Panyabungan Selatan, atau menyalurkan donasi melalui rekening berikut:
Bank Syariah Indonesia (BSI)
Nomor Rekening: 7237572852
Atas Nama: Husnil Khotimah
Karena di balik satu tangan yang memberi, ada seribu doa yang naik ke langit. Dan di balik cita-cita seorang anak yatim, ada masa depan umat yang sedang menanti.(Red)