Baru Dilantik, Bupati Madina Langsung “Gas”! ASN Kocar-Kacir, Zona Nyaman Dihapus

Mandailing Natal – Baru juga beberapa Minggu duduk di kursi bupati, H. Saipullah Nasution langsung menunjukkan taringnya. Tak ada bulan madu, tak ada basa-basi. Apel perdana yang dipimpinnya, Selasa (8/4/2025), jadi momen gebrakan awal yang bikin para ASN kocar-kacir.

Seperti pantauan dilapangan,sejumlah deretan pegawai belum sempat berdiri rapi, sang Bupati sudah lebih dulu tiba di halaman Masjid Agung Nur Ala Nur, Parbangunan,dan puluhan pegawai datang tergesa-gesa, ada yang setengah berlari, ada yang masih membenahi seragam. Suasana apel mendadak jadi tegang.

Begitu mikrofon dinyalakan, suasana makin sunyi. “Saya tidak ingin lihat ASN keluyuran ke warung saat jam kerja. Apalagi titip absen, absen duluan, pulang belakangan. Itu semua selesai hari ini,” tegas Saipullah, dengan nada tegas yang tak bisa disalahartikan.

Bukan hanya soal jam kantor, sang Bupati bicara disiplin dalam arti luas: berlalu lintas, menjaga kebersihan, hingga menjadi contoh etika di masyarakat. “ASN itu dilihat dan ditiru. Kalau kalian tak jadi panutan, lalu siapa?” katanya lantang.

Ia juga menyentil kebiasaan lama: pegawai yang merasa kebal karena ‘orang dekat’ pejabat. “Saya tidak peduli siapa yang bawa kalian masuk. Mulai sekarang, tak ada lagi ASN yang merasa milik bupati, wakil, atau kepala daerah sebelumnya. Kalian milik rakyat!” ucapnya, disambut bisik-bisik di barisan belakang.

Saipullah tak datang dengan omong kosong. Usai apel, ia dan Wakil Bupati langsung turun ke lapangan melakukan inspeksi mendadak ke kantor-kantor pemerintah. Tak ada jadwal yang dibocorkan. Mereka datang tiba-tiba, mengetuk pintu tanpa protokol panjang.

“Kalau tak siap berubah, siap-siap tergilas,” kata salah satu staf usai inspeksi, sembari membenahi dokumen di mejanya.

Rangkaian aksi hari itu ditutup dengan rapat koordinasi besar bersama seluruh pimpinan OPD. Di sana, Saipullah dan wakilnya menyusun peta jalan pelayanan publik ke depan lebih cepat, lebih bersih, dan yang paling penting: lebih dekat ke rakyat.

Dan dari nada suaranya, satu hal jelas: era nyaman-nyaman sudah selesai. Selamat datang di era disiplin tanpa kompromi.(Red)

Bupati Madina Ajak Masyarakat Jadikan Idulfitri Momentum Kebersamaan

Mandailing Natal – Ribuan jemaah memadati Masjid Agung Nur Alan Nur Aek Godang, Panyabungan, Senin (31/3), untuk melaksanakan Salat Idulfitri 1446 H. Di tengah suasana penuh khidmat, Bupati Mandailing Natal (Madina), H. Saipullah Nasution, menyampaikan pesan mendalam tentang makna Idulfitri dan pentingnya menjaga harmoni sosial.

Bupati tiba bersama keluarga, termasuk anggota DPRD Fraksi Partai Golkar, Muhammad Nasrul Hilmi Nasution, sekitar pukul 07.13 WIB, didampingi Asisten I Sahnan Pasaribu.

Kehadirannya disambut hangat oleh para jemaah yang antusias menyambut hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa.

Dalam sambutannya, Saipullah mengucapkan selamat Idulfitri kepada seluruh umat Islam dan mengajak masyarakat untuk menjadikan hari suci ini sebagai momentum memperkuat persaudaraan dan menjaga kebersamaan.

“Idulfitri adalah saat yang tepat untuk saling memaafkan dan merajut kembali tali silaturahmi yang mungkin sempat renggang. Mari kita rayakan dengan penuh kebahagiaan, namun tetap dalam batas kewajaran dan menghormati sesama,” ujar Saipullah.

Ia juga mengingatkan bahwa kepemimpinannya bukan sekadar jabatan, melainkan amanah dan ujian yang harus dijalankan dengan baik.

“Seorang pemimpin tidak bisa bekerja sendiri. Keberhasilan membangun Madina tergantung pada dukungan dan partisipasi masyarakat. Mari kita bersatu untuk kemajuan Bumi Gordang Sambilan,” tambahnya.

Salat Idulfitri dimulai pukul 07.34 WIB, dipimpin oleh imam Ustaz Sarkawi Lubis yang membacakan Surah Qaf. Ustaz Amrin Nasution bertindak sebagai khatib dan menyampaikan pesan mendalam tentang makna Syawal.

“Syawal berarti meningkat. Ramadan bukan akhir dari ibadah, melainkan awal untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan ketakwaan,” ujar Ustaz Amrin.

Dalam khutbahnya, ia menekankan pentingnya membayar zakat fitrah, keutamaan berpuasa, serta menjaga kesabaran dan sikap saling memaafkan. Ia juga mengingatkan jemaah untuk menjauhi tiga akar dosa besar: kesombongan, kerakusan, dan kedengkian.

“Kesombongan membuat iblis terkutuk, kerakusan menyebabkan Nabi Adam terusir dari surga, dan kedengkian mendorong Qabil membunuh Habil. Mari kita bersihkan hati dan jauhi sifat-sifat ini,” tegasnya.

Usai salat, suasana haru dan penuh kehangatan menyelimuti masjid saat jemaah berbaris untuk bersalam-salaman dan saling memaafkan.

Tradisi ini menjadi simbol kemenangan sejati, di mana hati kembali bersih dan hubungan sosial semakin erat.(Red)