Kemendes PDTT Genjot Pengelolaan Dana Desa Demi Transformasi Desa Mandiri

Serang – Sahata | Kemendes PDTT melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) menggelar rapat penting untuk memperkuat kapasitas pendamping profesional dan kepala desa dalam pengelolaan Dana Desa. Acara yang berlangsung di Kota Serang, Banten, pada Selasa (8/10/2024) ini menyoroti langkah strategis dalam mengoptimalkan Dana Desa, yang telah terbukti menjadi mesin penggerak pembangunan desa selama hampir satu dekade.

Wakil Menteri Desa PDTT, Paiman Raharjo, membuka rapat dengan pesan kuat: kolaborasi dan peningkatan kapasitas adalah kunci keberhasilan transformasi desa. “Sinergi yang terjalin antara kepala desa, perangkat desa, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan akan menentukan masa depan desa-desa di Indonesia. Kami ingin melihat setiap desa mandiri dan sejahtera,” tegas Paiman di hadapan ratusan peserta.

Dana Desa, yang mulai dialokasikan sejak 2015, kini mencapai total Rp610 triliun hingga 2024. Dalam kurun waktu sembilan tahun, anggaran tersebut melonjak dari Rp21 triliun di tahun pertama menjadi Rp71 triliun pada 2024. Di Provinsi Banten saja, lebih dari Rp10 triliun telah disalurkan untuk 1.238 desa, mendukung beragam proyek pembangunan dan pemberdayaan masyarakat setempat.

“Angka-angka ini bukan hanya statistik, tapi cerminan keberhasilan kita bersama,” lanjut Paiman. Indeks Desa Membangun (IDM) mencatat peningkatan yang signifikan, dari hanya 174 desa mandiri pada 2015, kini menjadi 17.203 desa mandiri pada 2024. Jumlah desa tertinggal dan sangat tertinggal juga terus menurun, menunjukkan betapa efektifnya Dana Desa dalam mempercepat kemajuan desa.

Paiman menegaskan, keberhasilan ini tidak bisa dicapai tanpa kontribusi besar dari tiga pilar utama: kepala desa beserta perangkatnya, masyarakat desa yang aktif, dan tenaga pendamping profesional. “Pendamping desa adalah penggerak perubahan. Mereka bertanggung jawab memastikan pembangunan desa berjalan sesuai rencana, memonitoring, dan mengevaluasi setiap progres,” jelasnya.

Kemendes PDTT juga terus berupaya meningkatkan kompetensi pendamping desa melalui pelatihan rutin, baik secara tatap muka maupun daring melalui platform Akademi Desa. Selain itu, kementerian juga merancang kebijakan pemanfaatan Dana Desa secara terfokus setiap tahun. Pada 2024, Dana Desa akan difokuskan pada program prioritas nasional seperti penanganan kemiskinan ekstrem, ketahanan pangan, penurunan stunting, serta pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Paiman berharap rapat ini menghasilkan rekomendasi konkret untuk memperkuat kolaborasi dan meningkatkan efektivitas penggunaan Dana Desa. “Kami ingin para pendamping dan kepala desa memanfaatkan momentum ini untuk memperkaya pengetahuan dan keterampilan, agar mereka bisa membawa perubahan nyata di desanya masing-masing,” tambahnya penuh optimisme.

Turut hadir dalam rapat tersebut Sekjen Kemendes PDTT Taufik Madjid, Kepala BPSDM Luthfiyah Nurlaela, Dirjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Nugroho Setijo Nagoro, serta sejumlah narasumber dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Polri, dan Kejaksaan Agung. Mereka memberikan perspektif strategis tentang pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pengelolaan Dana Desa yang transparan dan akuntabel.

Dengan rapat ini, Kemendes PDTT semakin memantapkan langkah menuju desa mandiri yang tangguh, di mana setiap dana yang disalurkan benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat.(Red)

Milenial Madina Unjuk Gigi: Bedah Visi-Misi Harun-Ichwan dan Saipullah-Atika di Pilkada 2024

Madina – Sahata | Kaum milenial di Mandailing Natal (Madina) mengambil peran strategis dalam dinamika politik lokal menjelang Pilkada 2024. Melalui forum diskusi bertajuk “Bedah Visi-Misi Paslon Pilkada”, yang digagas oleh komunitas Madina Kreatif Madani (MKM), mereka menyoroti visi dan misi dua pasangan calon (Paslon) bupati dan wakil bupati, Harun Mustafa-Ichwan (ON MA) dan Saipullah Nasution-Atika Azmi Utammi Nasution (SAHATA). Acara ini berlangsung di Cafe Genta, Panyabungan, pada Minggu (6/10/2024), dan mengundang perhatian luas dari kalangan muda.

Ketua MKM, M. Ja’far, menjelaskan bahwa diskusi ini bertujuan untuk menampung dan mengembangkan pandangan kritis kaum milenial terkait masa depan kepemimpinan Madina. “Ini adalah momen penting bagi milenial untuk terlibat dalam proses demokrasi. Kami ingin membekali mereka dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang visi dan misi Paslon, sehingga pilihan mereka berdasarkan analisis yang matang, bukan sekadar popularitas,” ungkap Ja’far dalam wawancara pada Kamis (10/10/2024).

Diskusi berlangsung netral dan interaktif, menghadirkan pembahasan mendalam tentang isi dan substansi visi-misi dari kedua Paslon. Peserta secara kritis membedah program yang ditawarkan, mulai dari isu-isu krusial seperti pembangunan ekonomi, infrastruktur, hingga kebijakan sosial yang diusung masing-masing kandidat. Ja’far menegaskan bahwa visi-misi bukan sekadar janji kampanye, melainkan peta jalan yang harus bisa dijalankan dengan realistis.

“Dalam Pilkada, visi-misi adalah barometer utama bagi pemilih. Kami mengajak kaum milenial untuk tidak hanya terpesona dengan narasi indah, tetapi melihat lebih jauh rekam jejak dan kemampuan kandidat dalam mewujudkan janji-janji tersebut,” tambah Ja’far.

Para peserta diskusi juga menyoroti aspek-aspek seperti latar belakang akademik, pengalaman birokrasi, dan kemampuan manajerial kedua Paslon. Bagi kaum milenial, faktor-faktor ini sangat penting dalam menentukan siapa yang layak memimpin Madina ke depan. M. Ja’far mengungkapkan bahwa dalam diskusi tersebut, Harun-Ichwan (ON MA) dan Saipullah-Atika (SAHATA) dinilai dari berbagai sudut pandang, termasuk komitmen mereka terhadap keberlanjutan pembangunan daerah.

“Kaum milenial kini lebih cermat dalam memilih. Mereka mengamati dengan seksama setiap program, memperhatikan bagaimana Paslon menyusun prioritas pembangunan, serta menilai apakah visi tersebut dapat diterapkan secara efektif dalam konteks birokrasi yang ada,” ujarnya.

Menurut Ja’far, partisipasi aktif milenial dalam diskusi ini merupakan indikator positif bagi perkembangan demokrasi di Madina. Ia menekankan bahwa semakin kritis dan terlibatnya generasi muda, semakin besar peluang bagi Madina untuk mendapatkan pemimpin yang benar-benar mampu membawa perubahan.

“Generasi milenial adalah kekuatan utama yang akan menentukan arah Madina di masa depan. Kita perlu terus mendorong keterlibatan mereka, karena semangat kritis ini adalah modal besar bagi terciptanya pemerintahan yang transparan dan akuntabel,” pungkasnya.

Dengan semangat diskusi yang konstruktif ini, milenial Madina membuktikan diri sebagai aktor penting dalam Pilkada 2024. Mereka bukan sekadar penonton, tetapi menjadi penggerak dalam upaya mencari pemimpin yang benar-benar dapat mengemban amanat rakyat dan membawa Madina ke arah yang lebih baik.(R12KI)