Gubernur Sumut Angkat Bicara Terkait Fenomena Semburan Lumpur Panas di Desa Roburan Dolok

SUMUT – Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Muhammad Bobby Afif Nasution, angkat bicara terkait fenomena semburan lumpur panas yang terjadi di sejumlah titik di Desa Roburan Dolok,kecamatan Panyabungan Selatan,Kabupaten Mandailing Natal (Madina).

Seperti di beritakan Kompas.com,Bobby menyatakan bahwa pemerintah provinsi masih melakukan kajian menyeluruh untuk mengetahui penyebab pasti dari kejadian tersebut.

“Kami masih terus memantau perkembangan di lapangan dan mengumpulkan data. Belum bisa dipastikan apakah semburan lumpur ini terkait dengan aktivitas industri panas bumi milik PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP),” ujar Bobby di Kantor Gubernur Sumatera Utara, Rabu (30/4/2025).

Terkait potensi bahaya dari semburan tersebut, Bobby menyampaikan bahwa pihaknya belum dapat memberikan pernyataan pasti. “Soal apakah lumpur ini berbahaya atau tidak, kami belum bisa simpulkan sekarang. Nanti akan kami informasikan setelah hasil kajian keluar,” katanya.

Gubernur juga menyebutkan akan segera berkoordinasi dengan Bupati Mandailing Natal, Saipullah Nasution, untuk menilai dampak lingkungan dan sosial dari fenomena ini. “Kami akan pelajari apakah ada pengaruh terhadap kesehatan masyarakat atau perekonomian warga sekitar,” tambahnya.

Sebelumnya Di beritakan,Fenomena semburan lumpur panas ini pertama kali viral di media sosial pada Selasa (22/4/2025).

Setelah dilakukan pengecekan di lapangan, diketahui bahwa semburan tersebut benar adanya dan semakin meluas, hingga mengganggu aktivitas pertanian warga. Selain merusak tanaman, lumpur juga dilaporkan mencemari aliran sungai dan berdampak pada kualitas udara di sekitarnya.

Bupati Madina Saipullah Nasution, membenarkan bahwa semburan serupa pernah terjadi sebelumnya. Namun, kali ini ditemukan titik-titik baru di tiga lokasi berbeda dengan ukuran sekitar 5 x 5 meter dan masing-masing memiliki dua hingga tiga semburan aktif.

“Secara umum karakternya mirip dengan semburan yang lama. Namun untuk memastikan kandungan lumpur tersebut berbahaya atau tidak, kami akan bersurat ke Direktorat Jenderal ESDM agar menurunkan tim khusus untuk melakukan penelitian,” jelas Saipullah, Sabtu (27/4/2025) Lalu.

Pemerintah daerah dan provinsi saat ini masih menunggu hasil investigasi dari tim teknis untuk menentukan langkah penanganan selanjutnya.(Red)

Viral “Awan Jatuh” di Murung Raya, BMKG Pastikan Bukan Fenomena Alam Biasa

Murung Raya, Kalteng – Sebuah video amatir yang merekam benda putih menyerupai awan mengambang di kawasan Muara Tuhup, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, menjadi viral di media sosial sejak Jumat (15/11) petang. Namun, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa fenomena tersebut bukanlah awan jatuh, melainkan gumpalan uap yang kemungkinan besar terkait aktivitas tambang di wilayah tersebut.

“Fenomena ini kemungkinan besar bukan awan alami, melainkan kondensasi uap air atau gas akibat aktivitas manusia,” ujar Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, dalam pernyataannya di Jakarta, Sabtu (16/11).

Andri menjelaskan bahwa awan tidak bisa jatuh dalam bentuk padat karena partikel penyusunnya sangat ringan dan tersebar dengan kerapatan rendah.

Awan terdiri dari tetesan air atau kristal es kecil yang melayang di atmosfer dengan bantuan arus udara. Partikel ini biasanya menguap sebelum menyentuh tanah, terutama jika lingkungan berubah.

Fenomena yang terekam dalam video viral itu diduga berasal dari pelepasan gas bertekanan tinggi akibat aktivitas pertambangan. Suhu rendah dan kelembapan tinggi di lokasi tersebut mendukung pembentukan gumpalan uap yang tampak seperti awan turun ke tanah.

“Gas atau uap ini lebih padat dibandingkan awan alami, sehingga terlihat seperti bisa disentuh. Namun, ini hanyalah efek visual sementara,” jelas Andri.

BMKG menegaskan bahwa fenomena ini tidak berbahaya dan masyarakat di sekitar lokasi tidak perlu khawatir. Kejadian tersebut bukan pertanda adanya gangguan alam, melainkan efek teknis dari aktivitas manusia.

Kejadian ini mengingatkan masyarakat untuk lebih memahami fenomena alam dan membedakan antara peristiwa alamiah dengan fenomena yang terjadi akibat intervensi manusia.(Red)

Sumber : Antara News.