Manggis Madina Tembus Pasar China, Desa Tambangan Jadi Sentra ‘Mutiara Belantara’

Madina414 Dilihat

Madina,Sahata News – Desa kecil di Mandailing Natal (Madina), tepatnya Desa Rao-Rao Panjaringan, Kecamatan Tambangan kabupaten Mandailing Natal (Madina), kini menjadi sorotan internasional.

Karna Manggis dari desa ini,dikenal sebagai “mutiara belantara,” yang rutin menembus pasar China melalui kerja sama ekspor dengan PT Yuenann Fresh.

Di balik kesuksesan ini, ada sosok Mangaraja Safaat, seorang pekebun dan pebisnis ulet yang menjadi penggerak utama roda ekonomi lokal.

Dalam sehari, Mangaraja mampu mengumpulkan hingga 15 ton manggis untuk memenuhi permintaan ekspor. “Setiap hari, kami belanja dari pengepul di sekitar Tambangan untuk memastikan kuota pengiriman terpenuhi,” ujar Mangaraja saat ditemui di gudang sortir miliknya, Desa Tambangan Jae, Selasa (21/1).

Sebagai pelaku bisnis yang sudah berkecimpung sejak 1990-an, Mangaraja tak hanya meraup kesuksesan pribadi, tetapi juga membuka peluang bagi masyarakat sekitar.

Sebanyak 30-40 pekerja perempuan ia pekerjakan setiap hari dengan upah Rp70 ribu ditambah uang makan. “Kami ingin semua ikut merasakan manfaatnya, apalagi panen manggis ini adalah musim yang dinantikan,” jelasnya.

Namun, di balik gemerlap ekspor, ada tantangan besar yang harus dihadapi. Fluktuasi harga menjadi tantangan utama. “Harga manggis itu seperti saham, kadang naik, kadang turun,” ujar Mangaraja.

Ia menjelaskan, harga manggis kualitas super saat ini turun dari Rp25 ribu menjadi Rp21 ribu per kilogram. Sementara itu, kelas palkon dan super 2 dihargai Rp10 ribu, dan BS (bekas sortiran) hanya Rp3.000 per kilogram.

Selain harga, cuaca yang tidak menentu dan minimnya penyuluhan pertanian juga menjadi kendala. “Tambangan sebenarnya punya potensi besar jadi sentra manggis dan durian. Tapi, tanpa dukungan penyuluhan dari pemerintah, hasil panen sulit dimaksimalkan,” tambahnya.

Di gudangnya, suasana sibuk terasa. Puluhan pekerja perempuan terlihat memilah manggis dengan teliti sesuai standar ekspor. Buah-buah terbaik dimasukkan ke dalam keranjang sebelum dikirim ke Jakarta dan diteruskan ke China.

Mangaraja berharap perhatian dari pemerintah daerah lebih besar lagi. “Kalau ada dukungan rutin, kualitas panen bisa jauh lebih baik. Harapan kami, Tambangan tidak hanya dikenal di tingkat nasional, tapi juga internasional,” pungkasnya.

Dengan kerja keras dan semangat yang tak pernah padam, Mangaraja Safaat telah membuktikan bahwa mimpi besar bisa diwujudkan bahkan dari desa kecil.(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *