TAPSEL – SAHATA | Bencana longsor hebat mengguncang kawasan Batu Jomba, Desa Luat Lombang, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), menyebabkan putus totalnya Jalan Lintas Tengah Sumatera, Kamis malam (10/10).

Tanah longsor menelan lebih dari 20 meter badan jalan ke jurang belasan meter, meninggalkan ratusan pengendara yang terjebak dalam kepanikan.

“Kejadiannya sangat tiba-tiba, jalan seakan menghilang dalam hitungan detik, langsung amblas ke dalam jurang,” ungkap Sofyan Adil, Ketua Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (FLLAJ) Tapsel. “Suara longsor begitu keras, dan hujan yang tidak berhenti memperburuk situasi.”

Bencana ini memutus salah satu jalur utama Sumatera yang menghubungkan Padangsidimpuan dan Tarutung, memaksa pengendara untuk beralih ke jalur alternatif yang lebih jauh. Sofyan menyarankan agar pengendara menggunakan jalur lintas Timur melalui Rantau Prapat atau lintas Barat via Sibolga.

“Saat ini tidak ada kendaraan yang bisa melintas. Kami sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Perbaikan Jalan Nasional (BBPJN) Sumut dan Kementerian PUPR untuk penanganan darurat, tetapi jalan ini benar-benar tidak bisa dilalui sampai ada perbaikan,” lanjut Sofyan, yang juga Sekda Tapsel.

Jalur Batu Jomba-Aek Latong ini dikenal sebagai “titik hitam” bencana, berlokasi di sesar aktif Semangko yang sering mengalami pergerakan tanah. Jalan ini telah lama rusak, dan kondisinya semakin diperparah oleh hujan lebat yang terus mengguyur. Bupati Tapanuli Selatan, Dolly Pasaribu, bahkan sebelum cuti untuk mengikuti Pilkada 2024, telah memohon anggaran APBN ke Kementerian PUPR untuk memperbaiki jalur yang sudah berisiko tinggi ini.

“Kami khawatir bila perbaikan tidak segera dilakukan, longsor susulan dapat terjadi dan mengancam nyawa banyak orang. Ini bukan hanya soal kerusakan infrastruktur, tapi keselamatan warga di sepanjang jalur ini,” ujar Sofyan dengan nada serius.

Para pengendara yang terjebak di lokasi mengaku terkejut dan khawatir dengan situasi tersebut. Salah satu pengendara, Ali, menceritakan pengalaman mengerikannya saat nyaris terjebak longsor. “Saya sudah hampir sampai, tiba-tiba tanah bergerak dan jalan di depan mata saya lenyap. Saya beruntung bisa menghentikan kendaraan tepat waktu,” ungkapnya.

Dengan kondisi yang kian memburuk, warga dan pengendara diimbau untuk segera menghindari kawasan tersebut dan menggunakan jalur alternatif yang lebih aman. Saat ini, langkah cepat pemerintah sangat dinantikan untuk mencegah bencana yang lebih besar terjadi di jalur vital ini.

“Kita butuh aksi nyata, bukan sekadar rencana,” tutup Sofyan.(RED)

Sumber:Antara.