Gadget Ditinggal, Permainan Tradisional Terus Hidup di Desa Tambangan Tonga

MADINA270 Dilihat

Tambangan – Tradisi masa lalu terus menghidupkan semangat anak-anak di Desa Tambangan Tonga, Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Minggu pagi (11/5).

Bertempat di halaman Kantor Desa Tambangan Tonga, kegiatan permainan tradisional dan pemberian makanan tambahan (PMT) bergizi juga terus laksanakan dan disambut meriah oleh masyarakat.

Dalam video yang dibagikan Kepala Desa Tambangan Tonga, Syamsul Bahri Nasution, melalui grup WhatsApp “Marmaya keta mar hape emma jolo”, tampak anak-anak begitu antusias memainkan permainan leluhur yang dikenal dengan nama Witapermainur.

Mereka tampak penuh semangat memainkan permainan tradisional seperti egrang, congklak, yeye (lompat tali), hingga terompah gajah. Suasana ini diperkuat dengan seruan budaya melalui tagar lokal #marmayam_keta dan #marhape_emma_jolo yang menggema sepanjang kegiatan.

Kegiatan diawali dengan senam pagi bersama yang dipandu oleh Tim Penggerak PKK dan kader kesehatan desa, sebagai bentuk pembiasaan gaya hidup sehat bagi anak-anak.

Setelahnya, mereka mendapatkan makanan tambahan bergizi, untuk menunjang pertumbuhan dan mencegah stunting sejak usia dini.

Ketua TP PKK Desa Tambangan Tonga, Esli Juniati Syamsul Bahri Nasution, menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah desa, PKK, dan kader pos kesehatan.

“Ini bukan sekadar permainan, ini adalah proses pembentukan karakter dan kesehatan anak. Mereka belajar kebersamaan, keceriaan, dan juga mendapat asupan gizi yang baik,” ungkap Esli Juniati.

Sementara itu, Kepala Desa Syamsul Bahri Nasution menyampaikan bahwa kegiatan ini dirancang untuk memberikan alternatif yang positif bagi anak-anak di tengah tingginya penggunaan gadget.

“Kita ingin mengajak anak-anak kembali menikmati masa kecil yang aktif dan sehat. Ternyata mereka sangat menikmati permainan tradisional ini. Ini bukti bahwa budaya kita masih relevan dan bisa jadi solusi atas tantangan digital saat ini,” ujar Syamsul Bahri.

Masyarakat desa berharap kegiatan ini bisa dilaksanakan secara berkala, tidak hanya untuk melestarikan budaya lokal, tapi juga untuk menciptakan lingkungan sosial yang sehat dan edukatif bagi anak-anak.(Red)

Komentar