SahataNews – Madina | Camat Tambangan, Enda Mora Lubis, meminta para lurah dan kepala desa (kades) di wilayahnya untuk segera mengaktifkan pos pemantauan kebencanaan. Instruksi itu disampaikan menyusul meningkatnya intensitas hujan dan sejumlah laporan bencana di Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Selain itu, Enda Mora juga mengimbau para imam dan ustaz agar setiap selesai salat berjamaah memanjatkan doa khusus agar Madina dijauhkan dari bencana.
“Kepada para ustad dan imam setiap selesai salat berjamaah untuk mendoakan secara khusus agar Allah SWT menjauhkan bencana dari daerah kita,” ujarnya melalui grup WhatsApp, Rabu (26/11/2025).
Dia menekankan agar para lurah dan kades memperkuat sistem peringatan dini dan meningkatkan pemantauan terhadap potensi bencana di masing-masing wilayah, termasuk menyampaikan informasi melalui pengeras suara masjid dan musala.
Di wilayah Tambangan, dilaporkan akses jalan yang menghubungkan Desa Pastap dengan Pastap Julu di kawasan Pangirkiran tergerus longsor hingga badan jalan nyaris putus.
Sementara itu, debit air Sungai Aek Mais pada Selasa (25/11/2025) malam meningkat drastis. Kondisi ini membuat Kepala Desa Pastap, Muhammad Raja, mengevakuasi empat warga yang tinggal di daerah aliran sungai (DAS) ke tempat lebih aman.
Informasi tersebut diketahui dari rekaman video yang diunggah Raja ke grup WhatsApp Marmayam Keta Mar Hp Emmajolo. Dalam video itu, Raja menggunakan bahasa Mandailing meminta warga segera mengungsi.
“Daripada nga tenang komu modom tondi on tong dison sondia dei, tonga borngin… Pindah modom majolo (Daripada kalian tidak tenang tidur malam ini, apalagi menjelang tengah malam… Lebih baik pindah tidur dulu sementara),” ucapnya.
Ketika dikonfirmasi, Raja membenarkan bahwa evakuasi dilakukan karena debit air Sungai Aek Mais terus meningkat. Informasi dari warga Pastap Julu juga menyebutkan arus Aek Mais dan Aek Pagur naik signifikan akibat hujan yang turun deras sejak sore hingga malam.
“Keempat warga itu sudah kita ungsikan sementara ke rumah keluarganya yang berada di pinggir jalan,” jelasnya.
Raja mengimbau seluruh warga yang bermukim di sepanjang aliran Sungai Aek Mais untuk tetap meningkatkan kewaspadaan. Menurutnya, curah hujan di kawasan hulu masih tinggi sehingga potensi lonjakan debit air masih bisa terjadi.
Selain mengancam permukiman, banjir juga mulai merendam sejumlah lahan persawahan warga. Namun pihak desa belum dapat memastikan total luas lahan terdampak. “Kemungkinan besok baru bisa kita pantau langsung ke lokasi,” tambahnya.
Sementara itu, sebuah jembatan gantung yang dibangun pada tahun 2022 di kawasan Batu Tunggal dilaporkan hanyut terseret arus. Jembatan tersebut merupakan akses utama warga menuju areal persawahan. Dugaan awal, jembatan hanyut setelah dihantam sebuah pohon besar yang tumbang terbawa arus deras.
Hingga kini, pemerintah desa masih terus memantau situasi dan berkoordinasi dengan warga. Raja menegaskan langkah-langkah keselamatan akan segera diambil bila kondisi kembali memburuk. (Rls)

