Bikin Geger! Ayah Korban Banjir di Sukabumi Sebar Informasi Hoaks soal Istri dan Anaknya

DAERAH265 Dilihat

Sukabumi – Masyarakat Kampung Gumelar, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, dibuat geram oleh tindakan Aang, seorang pria yang kehilangan istri dan anaknya akibat banjir bandang Sungai Cipalabuhan.

Alih-alih membantu pencarian, Aang justru menyebarkan informasi keliru bahwa keduanya selamat, padahal jasad mereka ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

Dilansir dari detikJabar, sebuah video berdurasi 34 detik yang beredar luas di media sosial dan aplikasi perpesanan memperlihatkan Aang dengan santai menyatakan bahwa istrinya, Santi, serta anaknya, Nurul (3), tidak terbawa arus banjir, melainkan berada di wilayah Cikakak, Desa Margalaksana.

“Saya Haji Aang, suami Neng Santi yang di Kampung Gumelar, yang dinyatakan kata orang-orang istri dan anak saya terbawa arus. Padahal, istri dan anak saya ada di wilayah Cikakak, Desa Margalaksana, Kampung Ciganas. Alhamdulillah selamat. Apa yang diinfokan itu tidak sesuai,” ujar Aang dalam video tersebut, seperti dikutip dari detikJabar, Sabtu (8/3).

Namun, klaim tersebut terbantahkan setelah tim SAR menemukan jasad Santi dan Nurul tertimbun di antara puing bangunan dan tumpukan sampah di sekitar kontrakan mereka. Fakta ini semakin memperkuat kekecewaan warga terhadap Aang, yang dinilai tidak peduli terhadap nasib keluarganya.

Tim SAR dan Warga Kecewa

Ketua RW 22 Kampung Gumelar, Reza, mengungkapkan bahwa Aang tidak menunjukkan usaha sedikit pun dalam mencari keluarganya. Saat tim SAR dan warga berjibaku melakukan pencarian, Aang malah tetap berjualan di pasar seperti biasa.

“Saya semalam langsung ke pasar, saya tanyakan soal istrinya di mana. Dia bilang sudah pulang ke Cikakak. Berkali-kali ditanya, jawabannya tetap sama. Padahal warga dan tim SAR sudah mati-matian mencari,” kata Reza, seperti dilaporkan detikJabar.

Karena meyakini ucapan Aang, tim SAR dan warga bahkan sempat mengecek ke Cikakak, namun hasilnya nihil. Setelah jasad istri dan anaknya ditemukan di lokasi kejadian, barulah Aang menyadari bahwa mereka benar-benar menjadi korban.

Namun, hal itu tidak mengurangi amarah warga yang merasa pencarian bisa lebih cepat jika sejak awal Aang tidak menyebarkan informasi keliru.

“Saya mau pulang ke atas (kampung halaman), HP saya mati, HP nggak dibawa, pas ke pasar juga nggak dibawa,” kilah Aang.

Tetangga dan pemilik kontrakan membenarkan bahwa korban masih berada di rumah saat banjir bandang datang. Bahkan, sebelum banjir membesar, mereka sempat dibujuk agar mau dievakuasi, tetapi memilih bertahan di dalam rumah.

Kini, warga hanya bisa menyayangkan sikap Aang yang dianggap tidak menunjukkan kepedulian terhadap keluarganya sendiri, sekaligus telah menghambat proses pencarian korban.(Red)

Komentar