Bawa Sejumlah Pejabat Studi Banding Sawit ke Labuhanbatu,Begini Kata Bupati Madina

DAERAH124 Dilihat

Labuhanbatu,SahataNews | Bupati Mandailing Natal (Madina) H. Saipullah Nasution membawa sejumlah pejabat dalam lawatannya ke PT PT Basimbah Tani Syahdilata milik H. Suyono di Rantau Prapat, Kabupaten Labuhanbatu selama dua hari, Sabtu-Minggu (26-27 Juli 2025).

Lawatan ini bertujuan melihat secara langsung dampak inovasi H. Suyono yang berhasil meningkatkan hasil panen sampai hampir tiga kali lipat dengan mengandalkan pupuk organik. Pantauan di lokasi, Bupati Saipullah dan rombongan mengecek empat hamparan kebun dan pusat produksi pupuk tersebut.

Dalam lawatan ini, Bupati Saipullah didampingi Pj. Sekda Drs. M. Sahnan Pasaribu, Ketua TP PKK Madina Ny. Yupri Astuti Saipullah, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Ahmad Meinul Lubis, Kepala Dinas Pertanian Taufik Zulhandra Ritonga, Kepala Badan Pendapatan Daerah Ahmad Yasir Lubis, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Azhar Paras Muda Hasibuan, Sekretaris Dewan Afrizal, Kepala Dinas PMD Irsal Pariadi, dan Kepala Dinas PMPTSP Akhmad Faisal.

Bupati Saipullah sengaja membawa rombongan berkunjung ke Rantau Prapat untuk bertemu dengan H. Suyono, pengusaha sawit yang telah lama dikenal bupati sebagai peneliti alamiiah dan pekebun sawit yang berhasil menciptakan pupuk organik.

“Ini adalah program yang sengaja saya inisiasi membawa sekda dan beberapa kepala OPD melakukan studi banding sekaligus rencana kegiatan untuk berkebun sawit di Madina,” kata dia usai meninjau hamparan kebun keempat pada Minggu, 27 Juli 2025.

Bupati Saipullah menerangkan, pemilihan kunjungan ke tempat H. Suryo karena teknologi yang digunakan ramah lingkungan dan hasilnya terbukti. “Pengalaman teman-teman yang punya sawit ini sesuatu yang tidak mungkin, tapi Pak Yono membalik semua teori itu,” sebut dia.

Bupati Saipullah mengaku sudah melihat secara langsung bibit yang dikembangkan Suyono telah berbuah pada umur satu tahun empat bulan. Buah yang dihasilkan pun langsung bisa dijual atau tidak terlebih dahulu berbuah pasir.

Bupati Saipullah mengungkapkan pertemuan ini juga bagian dari persiapan Pemkab Madina menyambut program pemerintah pusat berupa penanaman sawit sebanyak 2,5 juta hektare. “Kami menangkap wacana ini sebagai peluang, kami nanti akan memanggil para camat untuk konsolidasi bagaimana nanti mengganti kebun karet menjadi kebun sawit,” lanjut dia.

Bupati menjelaskan, satu hal yang menarik perhatian adalah jarak tanam 5×6 meter. Dengan begitu, luasan tanah yang sama dengan pola tanam umum bisa berbanding satu banding tiga, tetapi dengan hasil yang lebih banyak juga.

Bupati optimistis pupuk yang diolah Suyono bisa diterapkan di Bumi Gordang Sambilan. Sebab, bahan-bahan pokok pembuatan pupuk tersebut banyak tersebar di Madina.

Dia pun optimistis saat program ini berjalan akan terjadi peningkatan ekonomi yang signifikan bagi petani sawit dan berimplikasi pada tercapainya target pertumbuhan ekonomi delapan persen pada 2030.

Sementara itu, Suyono menceritakan inovasi ini muncul saat melihat petani saawit kewalahan membeli pupuk kimia yang harganya tinggi. Pola tanam 5×6, kata dia, digunakan karena petani itu punya lahan terbatas.

“Kalau dibuatlah pola 5×6 bisa muncul dia 330 batang per hektare, ini, kan, membantu petani kecil, ya,” sebut dia.

Suyono menjelaskan pupuk organik ini dia ciptakan pada 2004, tapi baru mendapat izin tahun 2008. “Mengurus izin ini, kan, lama, dua tahun izin-izinnya, dua tahun juga pengujian,” sebut ayah empat anak ini.

Selain bagi petani di Labuhanbatu, pupuk milik Yono ini juga sudah dikirim ke beberapa perusahaan dan petani sawit di Pekanbaru, Kalimantan, Aceh, sampai Nias.

Suyono mengaku senang dengan kunjungan Bupati Saipullah ke tempatnya. Sebab, ini bukti niat bupati membantu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. “Apalagi nanti kalau teman-teman di Madina sudah ikut pola yang kami pakai,” lanjut dia.

Suyono optimistis perlakuan yang sama di Madina akan memperoleh hasil lebih baik karena kontur tanah yang lebih subur daripada di Labuhanbatu.

Ahmad Yasir Lubis, kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Madina yang juga memiliki kebun sawit mengaku sistem yang digunakan Suyono tidak biasa dipakai dalam perkebunan.

“Tapi, saya melihat ada inovasi baru yang bisa menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi petani sawit, termasuk menekankan biaya produksi yang selama ini cukup tinggi,” kata dia.

Yasir juga melihat pola tanam 5×6 dapat melipatgandakan hasil produksi. “Dengan tanah satu hektare biasanya hanya 130-140 batang, itu pun sudah sampai itu ke batas-batas tanah kita,” ujar dia.

Yasir berkeyakinan penggunaan pola tanam yang sama akan meningkatkan pendapatan petani sawit di Madina. “Saya terkejut ternyata ada satu penyakit yang jadi momok bagi petani sawit, namanya ganoderma, itu bisa diatasi dengan memakai pupuk organik ini,” tambah dia.

Sekadar informasi, pupuk yang dikembangkan Suyono ini tidak hanya dipakai untuk sawit, tapi juga untuk tumbuhan lain seperti kako, padi, dan cabai.(Red)

Komentar