Anak – anak Tambangan Tinggalkan Dunia Digital, Wabup Atika: Ini Bukan Sekadar Program, Ini Gerakan Revolusi

MADINA737 Dilihat

Tambangan,Madina – Jika dunia sibuk mengejar tren digital, Kecamatan Tambangan malah memilih jalan yang berbeda, bahkan berani melawan arus,dimana Anak-anak di sini memutuskan untuk meninggalkan layar ponsel mereka dan kembali ke permainan tradisional, memulai sebuah revolusi kecil yang kini menjadi inspirasi nasional!

Wakil Bupati Mandailing Natal (Wabup Madina), Atika Azmi Utammi Nasution pun tak bisa menyembunyikan kekagumannya atas keberanian ini. “Ini lebih dari sekadar program, ini adalah gerakan besar! Tambangan memimpin langkah untuk menyelamatkan generasi muda dari ancaman dunia digital,” ujar Atika penuh semangat, Selasa (10/12).

Menurutnya, program pembatasan ponsel ini bukan hanya solusi untuk mengatasi kenakalan remaja, tapi juga cara menghidupkan kembali nilai-nilai sosial yang hampir punah. “Anak-anak di sini berani melawan ketergantungan pada gadget. Mereka membuktikan bahwa kebahagiaan sejati ada di dunia nyata, bukan di layar ponsel,” tambahnya.

Atika bahkan menyebut anak-anak Tambangan sebagai inspirasi bagi generasi muda di seluruh Indonesia. “Berani tinggalkan ponsel, bermain di luar, dan temukan jati diri. Dari sini, kita bisa membangun masa depan yang lebih cerah,” pesannya dengan penuh antusiasme.

Semangat ini berawal dari peluncuran Festival Wisata Permainan Leluhur (Witapermainur) oleh Atika pada Juni lalu. Acara ini kini menjadi agenda rutin yang dinanti-nanti anak-anak setiap minggu. Tak hanya bermain, mereka juga mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk mendukung tumbuh kembang mereka.

Camat Tambangan, Enda Mora, menegaskan bahwa program ini adalah langkah nyata melawan dampak negatif teknologi. “Kami tidak hanya membatasi ponsel. Kami menghadirkan dunia baru bagi anak-anak, dunia yang penuh tawa, kreativitas, dan nilai-nilai budaya,” ujarnya bangga.

Kini, suara riuh anak-anak yang bermain galah panjang, engrang,engklak,lompat tali, dan congklak menggema di seluruh penjuru Tambangan. Tak ada notifikasi, tak ada scrolling media sosial,hanya tawa dan kebahagiaan sejati.

“Tambangan adalah bukti bahwa kita bisa menghadapi tantangan era digital tanpa kehilangan budaya dan masa depan anak-anak kita. Ini adalah gerakan revolusi yang layak dicontoh oleh semua daerah!” tegas Atika dengan bangga.

Dari desa kecil di Madina ini, sebuah pesan besar untuk Indonesia lahir: masa depan bukan tentang teknologi semata, tapi tentang bagaimana kita menghidupkan kembali nilai-nilai yang membuat manusia tetap manusia.

Tambangan, dari pelosok negeri, menjadi mercusuar harapan bagi generasi muda Indonesia! (Red)

Komentar